Journal

Ruang

Serangkaian pemikiran ini masuk perlahan menjejali isi kepalaku dengan sedikit paksaan.

Merengek-rengek meminta untuk ditata, dipermak dan dituliskan.

Pernahkah kamu masuk di dalam fase kehidupan yang penuh dengan perubahan sana-sini di berbagai sisi?

Nah, dititik itulah aku sekarang!!

Hm.. Cobalah membayangkan ini..

Kadang-kadang ada 2 macam suara di dalam diri yang seakan-akan sedang berperang satu dengan yang lain.

Kejadian ini dapat kugambarkan seolah-olah diriku yang satu mau lari ke arah Barat dan yang lainnya meronta-ronta memaksa ke arah sebaliknya. Self conflict! Hal ini udah sering kualami. Dan sekarang kejadian lagee. Oh my..?!

Mungkin hal ini sering terjadi pada orang-orang yang terlalu banyak mikir sepertiku. 😅

Pada dasarnya jika dibedah lebih lanjut maka dapat kudefinisikan bahwa otak sedang bilang ‘ini’. Dan kemudian hati bilang yang ‘itu’.

Keduanya serasa bertentangan satu dengan yang lain..

Ketika keduanya makin tidak sinkron satu dengan lainnya, berakibat parah pada diriku yang kemudian menjadi aku yang buntu dan patah arang. Menyerah kalah!

Kata orang pertarungan paling sulit bukan mengalahkan siapa-siapa tapi mengalahkan diri sendiri (entah itu siapa yang ngomong, aku lupa! 😅).

Tapi, di titik inilah aku menemukan secercah harapan. Sepenggal kata-kata yang menenangkan muncul seakan mematok sebuah garis aman sebagai sebuah pegangan.

‘Kamu terlalu sok tau tentang apa yang terbaik bagimu! Punch! Makjleb!?

Sampai-sampai kamu tidak memberi ruang sedikit pun bagi Tuhan untuk berkarya, mengoreksi, mengubah sesuatu atau bahkan menciptakan mujizat!’

Ruang sedikit pun?

Iya..sebuah ruang untuk kejutan, sebuah ruang untuk ketidakpastian, sebuah ruang untuk ketidaktahuan, sebuah ruang bebas yang tidak perlu diisi apapun..

Dan ruang itu adalah ruang bagi Allah untuk berkarya.

Ruang bagi Allah untuk memberi petunjuk berhenti ataukah terus melangkah.

Aku tidak tahu yang terbaik bagiku Tuhan..

Engkau yang tahu..

Aku tidak bisa merencanakan yang terbaik bagiku Tuhan..

Engkau yang bisa.

This is my life o Lord

I offer it to You.

Solo, 18 Oktober 2017

Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah.

Apabila awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.

Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci; maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat.

Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan itu naik, mereka pun berangkatlah.

Berapa lama pun juga awan itu diam di atas Kemah Suci, baik dua hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan tidak berangkat; tetapi apabila awan itu naik, barulah mereka berangkat.

Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.

Bilangan 9:18-25

Leave a comment